Kuy Caritahu Siapa Aja Tokoh Filsafat Barat!!
TOKOH FILSAFAT BARAT
1. Thomas Aquinas
Aquinas
dilahirkan di Roccasecca dekat Napoli, Italia dalam keluarga bangsawan Aquino.
Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino dan ibunya bernama Countess Teodora
Carracciolo. Pada umur lima tahun ia diserahkan ke biara Benedictus di Monte
Cassino agar dibina untuk menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun
Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples. Di sana ia belajar
mengenai kesenian dan filsafat (1239-1244). Selama di sana, ia mulai tertarik
pada pekerjaan kerasulan gereja, dan berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan,
suatu ordo yang sangat berperan pada abad itu, dan karena tekadnya, pada tahun
1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas
dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat
terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245-1248). Di
sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat
Aristoteles kepadanya yang kemudian mempengaruhi pemikiran-pemikiran
filsafatnya.
Pemikiran yang dibangung oleh Thomas
Aquinas adalah untuk membangun keharmonisan antara agama dan akal. Salah satu
pemikirannya adalah filsafat Thomisme yang mengingatkan bahwa ajaran-ajaran
gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa adanya dasar-dasar filosofis. Ia
percaya bahwa kebenaran adalah benar dimanapun ditemukan. Ia mengakui bahwa
dunia dapat diketahui seperti apa adanya.
Karena Thomas menganut faham terminology
dan metafisika Aristoteles, filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian
materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya.
Filsafat ini mempunyai tujuan untuk menciptakan kedamaian Yunani dan Nasrani
dalam hal filsafat sekuler.
2.
Rene
Descartes
Rene lahir di La Haye,
Prancis pada tanggal 31 Maret 1596 Descartes, kadang dipanggil "Penemu
Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah
satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia
menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk
membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah
posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya
membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner
bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa
berpikir. Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan
dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada".
3.
Immanuel
Kant
Kant lahir di sebuah kota di Prussia
Timur bernama Konigsberg, Jerman pada tanggal 22 April 1724. Keluarganya sangat
saleh dan keyakinan agamanya sendiri menjadi latar belekang penting bagi
filosofinya. Kant mempunyai landasan kuat dalam tradisi filsafat masa lalu. Dia
akrab dengan rasionalismenya Descartes dan Spinoza, serta empirisismenya Locke,
Barkeley, dan Hume.
Kant beranggapan bahwa
baik indra maupun akal sama-sama memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai
dunia. Tapi dia beranggapan bahwa kaum rasionalis melangkah terlalu jauh dalam
pernyataan mereka tentang seberapa banyak akal dapat memberikan sumbangan, dan
dia juga beranggapan bahwa kaum empirisis membeikan tekanan terlalu besar pada
pengalaman indra.
Maksudnya, Kant setuju dengan Hume dan
kaum empirisis bahwa seluruh pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra
kita. Tapi dalam akal kita juga terdapat faktor-faktor pasti yang menentukan
bagaimana kita memandang dunia di sekitar kita. Dengan kata lain, ada
kondisi-kondisi tertentu dalam pikiran manusia yang ikut menentukan konsepsi
kita tentang dunia.
4.
Arthur
Schopenhauer
Schopenhauer
adalah seorang filsuf Jerman yang lahir di Danzig, Jerman pada tahun 1788. Ia
menempuh pendidikan di Jerman, Perancis, dan Inggris. Ia mempelajari filsafat
di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di Universitas Jena pada tahun
1813.
Pandangan filosofis Schopenhauer melihat bahwa
hidup adalah penderitaan. Schopenhauer menolak kehendak, apalagi kehendak untuk
membantu orang yang menderita. Ajaran Schopenhauer menolak kehendak untuk hidup
dan segala manifestasinya, namun ia sendiri takut dengan kematian.
5.
Karl
Heinrich Marx
Marx
lahir di Trier, Jerman pada tanggal 5 Mei 1818. Pemikiran Marx mempunyai tujuan
praktis atau politis. Dia bukan hanya seorang filosof, dia juga seorang ahli
sejarah, ahli sosiologi, dan ahli ekonomi.
Marx beranggapan bahwa
cara kita berfikir sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor material dalam
masyarakat, dan ia ingin membuktikan bahwa perubahan-perubahan material itulah
yang mempengaruhi sejarah. ‘Hubungan Ruhaniah’ tidak menciptakan perubahan
material, tetapi sebaliknya. Perubahan material menciptakan hubungan-hubungan
ruhaniah yang baru. Marx secara khusus menekankan bahwa kekuatan ekonomi dalam
masyarakatlah yang menciptakan perubahan dan karenanya menggerakkan sejarah
kedepan.
Marx
menyebut hubungan material, ekonomi, dan sosial ini adalah dasar masyarakat.
Cara masyarakat berpikir, jenis lembaga politik yang ada, hukum mana yang
dipunyai, dan apa yang terdapat dalam agama, moral, seni, filsafat, dan ilmu
pengetahuan, disebut oleh Marx sebagai superstruktur masyarakat.
6.
Friedrich
Wilhelm Nietzsche
Friedrich lahir di
Rocken pada tanggal 15 Oktober 1844. Dia adalah seorang filsuf Jerman dan
seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno, dan merupakan salah
seorang tokoh pertama dari eksistensialisme modern yang ateistis.
Pemikiran
Friedrich menggunakan konsep kehendak untuk berkuasa. Dengan konsep ini, ia
melihat manusia tidak lebih dari sekedar insting-insting alamiahnya yang mirip
dengan hewan, maupun makhluk hidup lainnya. Ia dengan jelas menyatakan
penolakannya pada berbagai konsep filsafat tradisional seperti kehendak bebas,
substansi, kesatuan, jiwa, dan sebagainya. Ia mengajak kita memandang diri kita
sendiri sebagai manusia dengan cara-cara baru.
Ada
tiga konsep dasar yang mewarnai seluruh pemikiran Friedrich, yakni penerimaan
total pada kontradiksi hidup, proses transedensi insting-insting alamiah
manusia, dan cara memandang realitas yang menyeluruh. Pemikiran tentang
kehendak untuk berkuasa terselip serta tersebar di dalam tulisan-tulisannya
sebagai fragmen-fragmen yang terpecah, dan seolah tidak memiliki hubungan yang
cukup jelas. Dari semua fragmen tersebut, setidaknya ada tiga pengertian dasar
tentang kehendak untuk berkuasa, yaitu kehendak untuk berkuasa sebagai abtraksi
dari realitas, sebagai aspek terdalam sekaligus tertinggi dari realitas, dan
sebagai realitas itu sendiri apa adanya.
Bagi
Friedrich dunia adalah sesuatu yang hampa. Dunia tidak memiliki pencipta, namun
bisa hadir dan berkembang dengan kekuatannya sendiri. Di dalam dunia semacam
ini, tidak ada pengetahuan obyektif. Yang diperlukan untuk memperoleh
pengetahuan adalah subyektifitas dan kemampuan untuk menafsir. Dua hal ini
menurut Friedrich lahir dari kehendak untuk berkuasa itu sendiri.
7.
Jean
Paul Sartre
Sartre lahir di Paris,
Prancis pada tanggal 21 Juni 1905. Dia adalah seorang filsuf dan penulis
Perancis yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme. Sartre menyatakan
bahwa eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence précède
l'essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya
ia tidak lebih dari hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu.
Karena itu, menurut Sartre satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia
(L'homme est condamné à être libre).
Secara
sederhana, Sartre mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari untuk menerangkan
maksud dari “Eksistensi hadir mendahului Esensi”. Bayangkanlah sebuah buku atau
pisau kertas. Seorang pembuat pisau kertas tentu mempunyai konsepsi terlebih
dahulu di benaknya tentang apa yang mau ia buat, kegunaannya, dan bagaimana
prosedur pembuatannya. Esensi dari pisau kertas itu, yaitu keseluruhan dari
rumusan pembuatan serta kualitas-kualitas tertentu yang membuat terproduksinya dan
definisinya menjadi mungkin.
8.
George
Berkeley
Berkeley
adalah seorang uskup irlandia yang hidup pada 1685 hingga 1753. Dia adalah
filsuf yang merasa bahwa filsafat dan ilmu pengetahuan mutakhir merupakan
ancama bagi cara hidup Kristen, dan bahwa materialisme yang menyusup ke segala
bidang tanpa kecuali mendatangkan ancaman bagi iman Kristen kepada Tuhan
sebagai pencipta dan pemelihara seluruh alam.
Tapi Berkeley juga
tokoh empiris yang paling konsisten. Dia percaya bahwa kita tidak dapat
mengetahui tentang dunia lebih banyak daripada yang dapat kita tangkap melalui
indra. Dia menyatakan bahwa benda-benda duniawi itu memang seperti yang kita
lihat, tapi mereka itu bukan ‘benda-benda’. Artinya, dia berkata bahwa yang ada
hanyalah yang dapat kita lihat. Tapi kita tidak dapat melihat ‘material’ atau
‘materi’. Kita tidak melihat benda-benda sebagai objek-objek nyata. Dalam hal
ini, Berkeley percaya pada ‘ruh’. Dia beranggapan bahwa semua gagasan kita
mempunyai penyebab diluar kesadaran kita, tapi penyebab ini tidak bersifat
material, melainkan spiritual.
Pada
intinya dia mengatakan bahwa segala sesuatu disebabkan oleh ruh itu yang
merupakan penyebab ‘sesuatu di dalam segala sesuatu’ dan yang ‘membentuk segala
sesuatu’.
9.
David
Hume
Hume hidup dari 1711
hingga 1776, dan ia menonjol sebagai empirisis paling penting. Hume beranjak
dewasa di dekat Edinburgh. Keluarganya ingin dia mengambil pelajaran Hukum tapi
dia merasakan keengganan yang tak tertahankan terhadap apapun kecuali filsafat
dan ilmu pengetahuan.
Hume
adalah filsuf yang berpikir dengan cara berbeda, karena dia mengambil dunia
sehari-hari sebagai titik awalnya. Hume memulai dengan menetapkan bahwa manusia
mempunyai dua jenis persepsi, yaitu ‘kesan’ dan ‘gagasan’. Dengan ‘kesan’, yang
dimaksudkannya adalah pengindraan langsung ataus realitas lahiriah. Dengan
‘gagasan’ yang dimaksudkannya adalah ingatan akan kesan-kesan semacam itu.
Contohnya,
jika kamu terbakar diatas oven panas, kamu mendapat ‘kesan’ segera. Setelah itu
kamu dapat mengingat bahwa kamu terbakar. Kesan yang diingat itulah yang
dinamakan Hume ‘gagasan’. Bedanya adalah bahwa ‘kesan’ itu lebih kuat dan lebih
hidup daripada ingatan refektif tentang kesan tersebut. Dapat dikatakan bahwa
perasaan itu adalah yang asli dan bahwa gagasan, atau refleksi hanyalah tiruan
yang samar-samar. Kesan itulah yang merupakan penyebab langsung dari gagasan
yang tersimpan di dalam pikiran.
10.
Edmund Husserl
Husserl lahir pada tanggal 8
April 1859 dan merupakan seorang filsuf Jerman, yang dikenal sebagai bapak
fenomenologi. Karyanya meninggalkan orientasi yang murni positivis dalam sains
dan filsafat pada masanya, dan mengutamakan pengalaman subyektif sebagai sumber
dari semua pengetahuan kita tentang fenomena obyektif.
Husserl lahir di kota Prosnitz,
Moravia, suatu bagian dari kerajaan Austria. Dia berasal dari keluarga Yahudi. Husserl
tertarik belajar matematika, fisika, dan filsafat, lebih spesifik dia juga
mempelajari ilmu perbintangan dan ilmu optik.
Husserl adalah filsuf pertama
yang memakai istilah fenomenologi secara khusus dengan menunjukkan metode
berpikir secara tepat. Menurut Husserl fenomena adalah realitas sendiri yang
tanpak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subyek dengan realitas,
karena realitas itu sendiri yang tampak bagi subyek. Dengan pandangan seperti
ini Husserl mencoba mengadakan semacam revolusi dalam filsafat Barat. Hal ini
karena seja masa Descartes, kesadaran selalu dipahami sebagai kesadaran
tertutup, yang artinya kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui jalan
itulah ia dapat mengenal realitas. Sebaliknya, Husserl berpendapat bahwa
kesadaran terarah pada realitas, dimana kesadaran bersifat “intensional”, yakni
realitas yang menampakkan diri.
11. Friedrich Hegel
Hegel dilahirkan di Stuttgart pada 1770. Pada
tahun 1799, ia belajar dengan Schelling di Jena pada waktu gerakan romantik
mengalami pertumbuhannya yang paling pesat. Setelah menjadi satu periode
sebagai asisten professor di Jena, dia menjadi professor di Heidelberg pusat
romantisisme Jerman. Pada 1818 dia diangkat menjadi professor di Berlin tepat
pada waktu kota tersebut menjadi pusat spiritual Eropa. Dia meninggal karena
penyakit kolera pada 1831 setelah ‘Hegelianisme’ berhasil mendapatkan pengikut
yang sangat besar di hampir semua universitas di Jerman.
Seluruh sistem filsafat sebelum
Hegel mempunyai satu kesamaan, yaitu usaha untuk menetapkan kriteria abadi
untuk apa yang dapat diketahui manusia tentang dunia. Setiap orang berusaha
untuk menyelidiki dasar kesadaran manusia. Tapi mereka semua telah membuat
pernyataan mengenai faktor pengetahuan manusia yang kekal tentang dunia. Namun
berbeda dengan Hegel, dia tidak percaya bahwa hal itu mungkin. Dia yakin bahwa
dasar kesadaran manusia selalu berubah dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Oleh karena itu, tidak ada yang namanya ‘Kebenaran Abadi’, tidak
ada akal yang kekal. Satu-satunya titik pasti yang dapat dijadikan pegangan
bagi filsafat adalah sejarah itu sendiri.
Hegel mengatakan bahwa dalam
kaitan dengan refleksi filsafat pun, akal itu dinamis karena pada kenyataannya
itu merupakan suatu proses, dan ‘Kebenaran’ adalah proses yang sama, sebab
tidak ada kriteria diluar proses sejarah itu sendiri yang dapat menentukan apa
yang paling benar atau yang paling masuk akal.
12. Martin Heidegger
Heidegger lahir pada tanggal 26
September 1889 di Jerman dan mempunyai pengaruh besar terhadap beberapa filosof
di Eropa dan Amerika Selatan. Ia menerima gelar Doktor dalam bidang filsafat
dari Universitas Freiburg.
Pemikiran Heidegger mengatakan
bahwa mencari suatu perbedaan antara kesadaran dan dunia luar akan menemukan
fakta yang sesungguhnya. Dalam teori-teorinya supaya terhindar dari kegagalan,
ia berpatok pada persoalan eksistensi manusia. Ia mengatakan bahwa segala yang
ada di luar manusia harus selalu
dikaitkan dengan manusia itu sendiri. Benda-benda yang berada diluar manusia
baru mempunyai arti jika hanya dalam kaitan dengan manusia. Lebih jauh
dikatakan, dunia di luar manusia dipandang dan dikonseptualkan sebagai
benda-benda secara structural ke dalam wilayah-wilayah modalitas eksistensial
dan modifikasi manusia.
Heidegger mengatakan bahwa
dunia luar yang terdiri dari objek-objek hanya digunakan pada setiap tindakan
dan tujuan kegiatan manusia. Tetapi meski demikian, tindakan pengetahuan
manusia itu tidak terpisah dengan benda-benda di sekitarnya.
13. John Dewey
John Dewey adalah seorang
filsuf pragmatisme yang dilahirkan pada tahun 1859 di Amerika Serikat. Dewey
juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Menurut Dewey, tugas filsafat
adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dalam kehidupan. Oleh karena
itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisik belaka,
namun filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah
pengalaman tersebut secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat menyusun
suatu sistem nilai atau norma.
Pandangan Dewey tentang manusia bertolak dari konsepnya
tentang situasi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial,
sehingga segala perbuatannya, entah baik atau buruk, akan diberi penilaian oleh
masyarakat. Akan tetapi di lain pihak, manusia manurutnya adalah yang
menciptakan nilai bagi dirinya sendiri secara alamiah. Masyarakat di sekitar
manusia dengan segala lembaganya, harus diorganisir dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan perkembangan semaksimal mungkin. Itu berarti,
seorang pribadi yang hendak berkembang selain berkembang atas kemungkinan
alamiahnya, perkembangannya juga turut didukung oleh masyrakat yang ada di
sekitarnya.
Dewey juga berpandangan bahwa setiap pribadi manusia memiliki
struktur-struktur kodrati tertentu. Misalnya insting dasar yang dibawa oleh
setiap manusia. Insting-insting dasar itu tidak bersifat statis atau sudah
memiliki bentuk baku, melainkan sangat fleksibel. Fleksibilitasnya tampak
ketika insting bereaksi terhadap kesekitaran. Pokok pandangan Dewey di sini
sebenarnya ialah bahwa secara kodrati struktur psikologis manusia atau kodrat
manusia mengandung kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu
diaktualisasikan sesuai dengan kondisi sosial kesekitaran manusia. Bila
seseorang berlaku yang sama terhadap kondisi kesekitaran, itu disebabkan karena
“kebiasaan”, cara seseorang bersikap terhadap stimulus-stimulus tertentu.
Kebiasaan ini dapat berubah sesuai dengan tuntutan kesekitarnya.
14. Charles Darwin
Darwin lahir pada tanggal 12
Februari 1809 di London. Ayahnya, Dr. Robert Darwin adalah seorang dokter yang
masyhur dan sangat keras mendidik putranya.
Darwin adalah seorang naturalis
dan ahli geologi Inggris. Paling dikenal dengan kontribusinya dalam teori
evolusi. Ia membuktikan bahwa manusia merupakan hasil suatu evolusi biologis
yang berlangsung lambat.
Pada 27 Desember 1831 Darwin
mengikuti sebuah pelayaran besar sebagai ahli ilmu alam untuk menjadi rekan
bagi kapten Fitzroy yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelidiki
pantai-pantai selatan di Amerika Selatan. Mereka baru kembali pada Oktober
1836. Darwin menulis bahwa pelayarannya di atas kapal Beagle itu merupakan peristiwa paling penting sepanjang hidupnya.
Ketika pulang kembali pada usia
27 tahun, dia mendapati dirinya termasyhur sebagai seorang ilmuwan. Pada saat
itu ia memiliki gambaran mental yang sangat jelas tentang teori evolusinya yang
kemudian diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “The Origin of Species” yang diterbitkan pada 1859. Dalam buku ini
Darwin mengemukakan dua teori utama. Pertama, dia menyatakan bahwa semua bentuk
tanaman dan binatang (makhluk hidup) diturunkan dari bentuk-bentuk yang telah
ada sebelumnya yang lebih primitive melalui suatu evolusi biologi. Kedua, bahwa
evolusi merupakan hasil seleksi alam.
Sumber :
Gaarder, Jostein. 2008. Dunia Sophie. Bandung : PT Mizan Pustaka
Comments
Post a Comment