Catatan Juang | #bookreview2
Fiersa Besari - Catatan Juang |
"Sukses bukan cuma soal punya setumpuk harta, tapi juga mempunyai setumpuk kebaikan untuk dibagikan." -Fiersa Besari
Judul : Catatan Juang
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : mediakita
Tahun Terbit : 2017
Ketebalan : vi+306 hlm
ISBN : 978-979-794-549-7
Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.
Tertanda, Juang.
• • •
Buku ini adalah sebuah fiksi yang amat sarat makna. Persis seperti apa yang tertera di sampul belakangnya, buku bersampul merah ini senantiasa memberi satu kebaikan kecil di setiap lembar yang Ia miliki.
Dan meski digambarkan hanya sebagai seorang manusia yang hidup dengan tulisan-tulisannya, sosok Juang dalam buku ini begitu luar biasa. Ia dapat disimpulkan sebagai seorang pria yang memiliki pemahaman hidup baik, yang sepertinya berangkat dari segelintir kisah dan pengalaman hidup tak terkira yang pernah Ia lalui.
Hal itu kemudian berhasil Ia tularkan pada manusia-manusia lain yang membaca tulisannya, termasuk Kasuarina.
Entah siapa tokoh utama buku ini, entah Juang, atau Kasuarina. Namun keduanya memiliki peran penting dalam kesatuan cerita yang dicetak ke - 5 kalinya pada tahun 2018 lalu ini.
Juang dengan tulisan-tulisannya yang menggugah, dan menjadi alasan kenapa cerita ini tercipta, serta Kasuarina sebagai perantara (read: pembaca) tulisan-tulisan Juang, yang tergurah hingga mampu mengambil keputusan-keputusan ekstrem dalam hidupnya karena tulisan-tulisan itu, demi menggapai mimpi-mimpinya yang dahulu sudah Ia hempaskan.
Semuanya berkelindan, menyatu menjadi rangkaian kisah indah yang amat apik dan memukau.
Jika bisa meminjam kata-kata Kasuarina, Catatan Juang terasa begitu intim. Dan mungkin rasa ini yang tidak kita dapatkan di buku-buku teks atau how to yang pernah kita baca. Jenis buku-buku yang serasa begitu menggurui dan kurang manusiawi -meski juga bukan berarti buku-buku seperti itu tidak baik.
Menurut Kasuarina, Juang muncul sebagai sosok tidak sempurna, sosok manusia biasa yang mampu menuntunnya menjadi manusia yang lebih baik, dengan tulisan-tulisannya. Karena itu, Kasuarina begitu berterima kasih pada Juang, dan berharap suatu saat nanti takdir akan mempertemukan mereka, meski, hingga akhir kisah, kenyataan tak bisa ditampikkan
Ada sebuah kalimat panjang dari lembar ke 25 buku ini yang cukup menohok : "Apa sulitnya berterima kasih setelah meminta tolong? Apa sulitnya meminta maaf setelah melakukan kesalahan? Apa sulitnya mendengarkan tanpa terus memotong pembicaraan? Apa sulitnya mengutip kalimat dengan mencantumkan narasumber? Apa sulitnya menyatakan perasaan jika memendam malah menyakitkan? Nah, kan, kita lebih senang mempersulit segala sesuatu."
Jika bisa kutambahkan : Apa sulitnya untuk tidak nyinyir dengan apa yang orang lain lakukan? Toh tidak akan merugikanmu. Apa sulitnya untuk tidak membuang komentar sadis dan menyedihkan di unggahan orang lain? Apa sulitnya menghargai agama masing-masing yang kita peluk? Apa sulitnya senyum ketika disapa? Apa sulitnya menghargai tamu yang menyambangi rumahmu ketimbang mengurung diri di kamar dengan keangkuhanmu? Ah.. Manusia. Kita memang senang sekali mempersulit segala hal.
Meski begitu, meski keseluruhan ceritanya begitu menggugah dan memotivasi, bahkan kadang menohok saya dengan ribu kata-katanya, tapi saya pribadi kurang suka dengan kisah cinta di dalamnya. Terlalu cepat, terlalu mudah.
Terlepas dari itu, buku merah ini keren. Cocok sekali untuk kita, manusia-manusia yang membutuhkan motivasi dan pemaknaan hidup setiap harinya.
"Karena sebaik-baiknya seseorang, adalah yang berjalan perlahan tapi tahu arah tujuan, bukan berlari kencang tapi tak tahu mau ke mana." -Fiersa Besari
Comments
Post a Comment