Belajar Mencintai Kambing | #bookreview7

Mahfud Ikhwan - Belajar Mencintai Kambing


Judul : Belajar Mencintai Kambing
Penulis : Mahfud Ikhwan 
Penerbit : Mojok
Tahun Terbit : 2016
Ketebalan : x+179 hlm
ISBN : 978-602-1318-23-2


Belajar Mencintai Kambing merupakan kumpulan cerpen pertama Mahfud Ikhwan. Di dalamnya termuat empat belas cerpen yang kebanyakan mengambil latar desa. Suatu kawasan yang diakui oleh penulisnya ingin ia tinggalkan tapi secara diam-diam justru sering didatanginya. Orang-orang, dan kisah-kisah khas desa yang bersahaja, bahkan sering kali tidak masuk akal, dikisahkan secara apik dan tak berlebihan.

Buku ini direkomendasikan untuk para penyuka sastra Indonesia dan Anda yang sedang belajar menulis cerpen.

                                       • • •

Aku sudah jatuh cinta dengan buku ini sejak selesai membaca "Moh. Anas Abdullah dan Mesin Ketiknya" -cerpen pertama yang Mahfud sajikan. Cerita yang tak biasa -bahkan aneh, tuturan yang apik, dan akhir yang selalu penuh misteri, jadi ciri khas cerpen-cerpen di dalam sini. Benar, buku ini patut dibaca oleh kita yang sedang belajar menulis cerpen.

Kita tidak akan menemukan kisah tentang seorang anak yang nakal, lalu berakhir sangat mencintai bapaknya. Tidak juga kisah tentang dua sejoli yang cintanya ditentang, lalu memberontak dan berakhir bahagia. Kisah-kisah di buku ini lebih penuh misteri, bergairah, dan tentu saja, aneh. Ya, aneh sekali.

Sepanjang membaca, aku selalu berdecak dan berpikir, "Dari mana Mahfud bisa berpikir sesuatu seaneh ini untuk dijadikan sebuah cerita? Bagaimana ia menemukan inspirasi?" aneh sekali. Aku bagai sedang masuk ke sebuah dunia yang tidak kutahu namanya apa, tapi yang pasti semua yang ada di dunia itu persis seperti apa yang ada di duniaku, tapi juga sekaligus aneh sekali untuk  ukuran kejadian di duniaku. Membingungkan memang.

Tapi jujur saja, keanehan-keanehan itu lah yang membuat buku ini jadi istimewa. Aku selalu menyukai akhir cerita yang Mahfud berikan. Membuatku berdebar, sekaligus bingung dan puas. Penuh misteri, tapi berusaha mengajak tiap pembaca untuk ikut berpikir, juga menyimpulkan. Dan, jika sejak awal kita terheran-heran dengan judul buku ini yang juga terkesan aneh, di permulaan membaca, kita akan segera mendapat jawabannya. Aku pikir ini sebuah mahakarya.

Dari empat belas cerpen di dalam buku ini, aku punya beberapa yang kufavoritkan, "Moh. Anas Abdullah dan Mesin Ketiknya", "Jeritan Tengah Malam", "Lelaki dan Tato Perempuan di Bahunya", dan "Melati". Jika kalian juga membaca buku ini, aku yakin kalian pun akan punya cerpen-cerpen yang difavoritkan.

Mengutip apa yang ditulis Mahfud pada lembar terakhir buku ini, "Kalau Anda kecewa dengan cerita-cerita dalam kumpulan ini jangan salahkan penulisnya, tapi salahkan penerbitnya. Bisa-bisanya mereka menerbitkan sekumpulan cerita yang buruk."

Selamat membaca dan berdecak!



Note : Teruntuk Dzakky Sore, terima kasih banyak sudah hadiahkan buku 'aneh' ini. Aku menikmatinya. Salam hangat.

Comments

Popular posts from this blog

FUNGSI RIBBON PADA MICROSOFT WORD

Mencari Kawan ke Pulau Pepaya (Pepaya Island, Part 1)

Percaya - Yang Kutahu Tentang Cinta | #bookreview6