Hingga Awan Bersenandung Jingga | #Prosa3


Usai berjibaku dengan sesaknya hari,
kembali ke rumah,
Aku mulai dijejali rasa sesak yang lain
Entah apa

Kau apa kabar?
Hari ini, adakah cukup rasa bahagia bersemi di hatimu?
Kuharap begitu,
meski Aku tak janji jika diri ini juga merasakan bahagia serupa
Setidaknya, satu saja di antara kita perlu merasakan bahagia, bukan?
Biar seimbang

Kau tanya bagaimana kabarku?
Mungkin kau bisa menebaknya sendiri
Aku hanya sedang duduk,
termenung di tengah ruang tamu usang penuh aroma masa lalu  
Diapit dinding kayu, barang-barang tak terpakai, penuh suara masa lalu
Masa lalu tentang kebahagiaan yang pernah kurasakan bersama orang-orang yang kusebut, keluarga
Meski, yah.. kini tidak lagi
Ada gap besar di antara kami. Semua berubah asing
Aku pernah cerita soal ini padamu, bukan?

Tapi tunggu dulu, Aku sadar sedang tidak bersedih karena itu
Dadaku tidak sesak karena mengingat masa-masa penuh tangis dan dendam itu
Tapi.. dada ini terhimpit dan sesak karena.. rindu (?)
Benarkah rindu?

Aku pernah dengar orang bilang rindu itu lebih ganas dari hewan buas manapun,
tapi tidak pernah percaya sebelum hari ini tiba
Sebelum dirimu, dan semua keistimewaanmu mengintai hari-hariku
Dirimu dan senyummu, membayang, bagai film yang diputar berulang kali tepat di depan retinaku
Dirimu dan matamu, menerkamku dengan cengkeraman teramat kuat yang tak mampu kulepas
Dirimu, dan semua tentangmu, merajaiku begitu sempurna
Hingga tak ada celah bagiku untuk empas, lepas

Tapi, maaf
Aku ingin bertanya lagi sekarang

Kau, apa kabar?
Masih bersama kebahagiaan itu, bukan?
Sayangnya, aku tak pulih-pulih
Barangkali keadaan di sekelilingku mendukungku untuk semakin merindu
Rasa masa lalu, aroma masa lalu, dan suara-suara masa lalu
Dinding kayu tua yang tak pernah lagi tersentuh cat,
Kursi-kursi muram, bingkai-bingkai foto penuh debu
Buku-buku usang tak terjamah, lantai yang tak lagi putih
Meski harusnya ini semua menggiringku pada ingatan bertahun-tahun silam
Tapi sialnya mereka justru memapahku untuk semakin kuat merinduimu
Merindui segala tentangmu yang baru saja kutinggalkan beberapa waktu lalu
Tentang tatapanmu, senyummu, tawamu, makanmu, kecupmu, pelukmu

Ah, sialan!
Kenapa kau suka sekali bergelayut dalam pikiranku?
Dengan segala kekagumanku padamu, bolehkah kuminta kau berhenti?
Datang saja, peluk dan kecup saja aku sesukamu
Tapi berhentilah bermain-main dalam angan dan pikiranku
Kau tahu persis betapa ini menyiksa

Ah.. sudahlah
Aku tunggu kau.
Akan kudabik-dabik dirimu,
lalu kupeluk dan kecup hingga awan bersenandung jingga,
dan bintang bergelayut manja dalam hitam



1 Desember 2019, 00.16 WITA
-Nikhen Moko

Comments

Popular posts from this blog

FUNGSI RIBBON PADA MICROSOFT WORD

Mencari Kawan ke Pulau Pepaya (Pepaya Island, Part 1)

Percaya - Yang Kutahu Tentang Cinta | #bookreview6