Arah Langkah | #bookreview26
Fiersa Besari - Arah Langkah |
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Tahun terbit : 2018
Ketebalan : iv + 300 halaman
ISBN : 978-979-794-561-9
Bulan April, tahun 2013, berawal dengan niat dan tujuan yang berbeda -salah satunya karena hati yang terluka, tiga pengelana memulai sebuah perjalanan menyusuri daerah-daerah di Indonesia. Lewat cara yang seru tapi menantang, mereka tidak hanya menyaksikan langsung keindahan negeri ini, mereka juga harus menghadapi pertarungan dengan kegelisahan yang dibawa masing-masing.
Arah Langkah bukan sekadar catatan perjalanan yang melukiskan keindahan alam, budaya, dan manusia lewat teks dan foto. Tetapi juga memberikan cerita lain tentang kondisi negeri yang tidak selalu sebagus seperti di layar televisi. Meskipun begitu, semua daerah memang memiliki cerita yang berbeda-beda, namun di dalam perbedaan itu, cinta dan persahabatan selalu bisa ditemukan.
…
Fiersa menuturkan kisah perjalanannya mengelilingi Indonesia dengan begitu apik dan mendalam. Perjalanan dan langkah yang dimulai karena patah hati dan luka yang tak kunjung sembuh ini memberikan makna dan pelajaran berharga kepada setiap pembaca.
Buku ini adalah buku keempat karya Fiersa Besari setelah Garis Waktu, Konspirasi Alam Semesta, dan Catatan Juang. Berbeda dari buku-buku sebelumnya, di buku kali ini Fiersa menggunakan formula cerita memoir yang mengungkap secara gamblang dan detail perjalanannya mengelilingi Indonesia yang bermula pada bulan April 2013 bersama dua sahabatnya, Prem dan Baduy.
Buku dengan judul “Arah Langkah” ini mengambil sudut pandang dari Fiersa langsung yang menggunakan alur maju mundur, dimana penceritaannya dimulai dengan alasan mengapa ia ingin mulai berkelana menelusuri Indonesia.
Dengan buku ini Fiersa membuktikan kebenaran tentang adanya dua jenis manusia dalam menyikapi keterpurukan. Manusia pertama adalah mereka yang menyikapi keterpurukan dengan senantiasa bersedih, berlarut-larut dalam tangis dan sedu, bahkan menyakiti diri sendiri. Sedangkan manusia kedua adalah mereka yang menyikapi keterpurukan dengan bangkit, instrospeksi diri, dan berusaha melakukan hal-hal luar biasa dalam hidupnya, seakan ingin berkata, “Saya tidak akan pernah jatuh dan kalah hanya karena kalian!”. Dan Fiersa dengan segala kisahnya yang ia tuangkan dalam buku ini, adalah tipe manusia kedua, walau ia belum menyadarinya sejak awal. Maka, kisah Fiersa sangat relevan untuk dibaca oleh kaum muda yang seringkali menghadapi kesedihan dan keterpurukan dalam hidup di zaman sekarang.
Buku memoir yang begitu menggugah ini memberikan ruang luas kepada setiap pembaca untuk belajar menyikapi keterpurukan dan kesedihan dalam hidup yang tidak mudah. Banyak kelokan, tanjakan, rintangan, yang jika kita tidak berusaha kuat untuk melaluinya, maka kita akan kalah. Kalah pada kehidupan.
Lalu, tanpa mengesampingkan pesan-pesan sebelumnya. Buku berjudul Arah Langkah ini pun berusaha menggambarkan keindahan negeri ini dari segala sisi, seakan ingin berkata, “Indonesia indah, sayang jika kita hanya duduk diam dirumah”. Walau begitu, Fiersa tetap tidak tanggung-tanggung mengungkap dan menguak kondisi negeri ini yang tidak sebagus seperti di layar televisi, yang ia saksikan selama melakukan perjalanan, seperti ketidakadilan yang terjadi atau betapa keindahan negeri ini telah banyak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kombinasi kedua hal ini menjadikan buku karya pemuda yang akrab disapa “Bung” ini menjadi lebih indah, lengkap, dan mengagumkan.
Sampul dan judul buku ini begitu menarik. Terlihat seperti menyimpan misteri dan cerita petualangan yang mengagumkan sekaligus. Sebuah kalimat yang sepertinya merupakan kesimpulan dari cerita yang ingin disampaikan dalam buku ini pun turut menjadi nilai estetika dan penarik hati bagi siapapun yang melihatnya, “Sejauh apa pun jalan yang kita tempuh, tujuan akhir selalu rumah”.
Dalam setiap bab buku ini terdapat foto-foto dokumentasi perjalanan dan pengabadian momen yang membuat setiap cerita terasa lebih nyata, seakan Fiersa, Prem, dan Baduy ingin mengajak para pembaca untuk bergabung dalam petualangan yang mereka lakukan.
Nama bab dalam buku ini pun tidak monoton pada sekadar angka 1, 2, dan 3, atau tulisan Bab 1, Bab 2, dan Bab 3, namun justru merupakan sebuah kata penuh makna yang mewakili keseluruhan cerita yang ingin disampaikan dalam setiap bab.
Penuturan cerita dalam setiap kata, kalimat, dan paragraf mengalir apa adanya, sangat polos, sehingga pembaca benar-benar seperti dibawa melakukan petualangan bersama.
Sayangnya di dalam buku ini tidak diceritakan secara mendetail tentang kisah masa lalu tokoh utama yang menjadi muasal hadirnya kisah ini. Kisah dari masa lalu pertama- halaman 11 hingga 13, masih menuturkan awal pertemuan mereka, tiba-tiba kisah masa lalu yang terdapat di bab selanjutnya- halaman 25 hingga 26, menggambarkan betapa Fiersa telah dimabuk asmara. Tidak ada penjelasan yang menjembatani kisah awal pertemuan hingga alasan mereka jatuh cinta.
Comments
Post a Comment