Crazy Rich Asians | #bookreview35

 


Judul: Crazy Rich Asians

Penulis: Kevin Kwan

Penerbit: Gramedia

Tahun terbit: 2016

ISBN: 978-602-03-1443-3

Ketebalan: 480 halaman

 

Ketika Rachel Chu, dosen ekonomi keturunan Cina, setuju untuk pergi ke Singapura bersama kekasihnya, Nick, Ia membayangkan rumah sederhana, jalan-jalan keliling pulau, dan menghabiskan waktu bersama pria yang mungkin akan menikah dengannya itu. Ia tidak tahu bahwa rumah keluarga Nick bagai istana, bahwa Ia akan lebih sering naik pesawat pribadi daripada mobil, dan dengan pria incaran se-Asia dalam pelukannya, Rachel seperti dimusuhi semua wanita.

Di dunia yang kemewahannya tak pernah terbayangkan oleh Rachel itu, Ia bertemu Astrid, si It Girl Singapura; Eddie yang keluarganya jadi penghuni tetap majalah-majalah sosialita Hongkong; dan Eleanor, ibu Nick, yang punya pendapat sangat kuat tentang siapa yang boleh-dan tidak boleh-dinikahi putranya.

Dengan latar berbagai tempat paling eksklusif di Timur Jauh-dari penthouse-penthouse mewah Shanghai hingga pulau-pulau pribadi di Laut Cina Selatan, Crazy Rich Asians bercerita tentang kalangan jet set Asia, dengan sempurna menggambarkan friksi antara golongan Orang Kaya Lama dan Orang Kaya Baru, serta antara Cina Perantauan dan Cina Daratan.

Kita akan menemukan komedi versi orang-orang kaya dan kemewahan yang berhamburan di dalam buku ini.

Di sini aku menemukan gaya high class orang-orang Cina yang terbagi dua. Ada Cina daratan yang mendapatkan kekayaan dalam dekade terakhir seperti semua orang Rusia, dan ada orang Cina peranakan. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan Cina lama sebelum komunis masuk, malahan banyak yang sudah ratusan tahun lalu, menyebar ke seluruh penjuru Asia, dan diam-diam mengumpulkan kekayaan berjumlah besar seiring berjalannya waktu. Kebanyakan Cina peranakan adalah kalangan atas di Singapura, berpendidikan Inggris, dan lebih loyal kepada Inggris ketimbang Cina. Karena sering kali menikah dengan penduduk asli Melayu, kaum peranakan Cina menciptakan budaya unik yang merupakan hibrida pengaruh-pengaruh Cina, Melayu, Inggris, Belanda, dan India.

Kita juga akan menemukan bagaiamana sebuah gosip eksotik bisa menyebar begitu cepat dan luas di kalangan mereka padahal gosip itu harus “berlari” melintasi berbagai belahan dunia, dan bagaimana silsilah keluarga super kaya ini yang berusaha terus dipertahankan dengan kemewahan dan mencengkeramkan akarnya di Singapura, Swiss-nya Asia.

 

Baca review lainnya: Asmara Berdarah Ken Arok Ken Dedes | #bookreview23


Mereka, orang-orang kaya yang di rumahnya berderet perabotan dari berbagai dinasti zaman dulu; kamar ganti dengan fitur kontrol iklim dan cermin yang bisa membuat kita “seolah-olah” berganti pakaian hanya dalam jentikan jari; ruang tamu bak galeri dengan guci naga qian long; punya tempat parkir lebih dari satu yang isinya mobil mewah seperti Bentley Continental GT atau Porsche Cayenne; lukisan Rothkos atau Pollocks; hingga ruangan yang bak resor tropikal mewah.

Orang-orang kaya yang punya lusinan koleksi busana melebihi Syeikha Qatar; puluhan arloji dari pembuat arloji termahsyur dari Swiss; puluhan berlian yang luar biasa langka; berbelanja di mana-mana dengan “kartu sakti” unlimited; dan pemegang monopoli berbagai industri, mulai industri kelapa sawit, industri plastik, sampai properti.

Lalu tiba saatnya Rachel Chu, seorang perempuan sederhana, masuk dalam segala kemewahan itu. Kemewahan yang membingungkan baginya. Dan entah bagaimana caranya, dia sudah terbawa dalam konflik batin berkepanjangan, hingga menuntunnya memutuskan sesuatu yang tidak pernah disangka.

 

Baca review lainnya: Gie, Sosok yang Paradoksal | Zaman Peralihan #bookreview21


Novel ini begitu menarik dan elegan, lugu sekaligus sombong, menonjolkan kemewahan juga kesederhanaan, menyebalkan dan menyenangkan. Sekali membuka lembaran pertama, sulit untuk berhenti membacanya.

Di sini, kita akan menyaksikan drama panjang manusia-manusia super kaya, the crazy rich Asians.

Comments

Popular posts from this blog

FUNGSI RIBBON PADA MICROSOFT WORD

Mencari Kawan ke Pulau Pepaya (Pepaya Island, Part 1)

Percaya - Yang Kutahu Tentang Cinta | #bookreview6