5 cm. Aku, Kamu; Samudera, dan Bintang-Bintang | #bookreview33
Judul: 5 cm. Aku, Kamu; Samudera, dan Bintang-Bintang
Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2020
Ketebalan: 498 halaman
ISBN: 9786020524665
Ia di sini sekarang, perjalanan pulang setelah Mahameru--Perjalanan Hati--puncak tertinggi Jawa, dan segala tentangnya. Alih pandangnya sekarang melihat jendela kereta Matarmaja yang melaju membawanya pulang menuju Jakarta.
Pejaman mata dan tarikan napasnya, seakan mencoba menjawab segala pertanyaan besar yang terus memenuhi benaknya semenjak kemarin Ranu Kumbolo hilang dari pandangannya. Pertanyaan-pertanyaan yang bukan dari siapa-siapa, tetapi dari dirinya sendiri.
Sebenarnya, untuk siapa kamu melakukan semua yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Untuk kebahagiaan diri kamu? Atau untuk kebahagiaan orang lain? Apakah kamu seorang manusia yang hanya hidup untuk ngabis-ngabisin waktu saja? Celingak-celinguk, berbagi tanah, air, dan udara, namun tanpa tujuan. Menjadi manusia hanya untuk menuh-menuhin bumi, ngabisin airnya, ngabisin oksigennya. Hanya menjadi seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama tanpa punya makna?
Apakah kamu telah menjalani hidup yang kamu mau?
Baca review buku lainnya: KM 4 | #bookreview32
…
Sejak awal mengetahui ada sekuel novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, saya sudah ngebet sekali ingin membacanya. Namun, saat saya mulai membaca buku ini, jujur saja ada sedikit kekecewaan. Bab awal hingga sekitar bab empat dan lima, ceritanya membosankan sekali. Penuh pertanyaan-pertanyaan filosofis untuk diri seorang Zafran--dan barangkali juga pertanyaan itu untuk kita semua yang membaca.
Saking banyaknya pertanyaan, saya bingung harus mengartikan cerita ini sebagai apa. Lucu tidak, garing iya. Walaupun pertanyaan-pertanyaan itu cukup memotivasi, tapi karena terlalu banyak, jadinya gerah sendiri. Manalagi banyak sekali dialog intrapribadi antara si tokoh utama dan dirinya sendiri. Melamun. Membosankan.
Bab-bab selanjutnya pun masih sama, meskipun lebih ada sedikit variasi dengan obrolan-obrolan dan percakapan antartokoh. Setidaknya, cerita tidak lagi hanya berputar pada si tokoh utama yang terlalu banyak bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya.
Baca review lainnya: Protes | #bookreview31
Hingga akhirnya saya tiba di bab overland, bab empat belas. Di sini, petualangan dimulai!
Bab ini yang saya tunggu. Bab perjalanan. Bab yang merupakan permulaan cerita ketika sekelompok manusia ini melakukan perjalanan konyol lagi, mengikuti langkah seorang sahabat, pasrah di bawa ke mana pun. Overland beberapa pulau besar di Indonesia. Menyuguhkan pemandangan syahdu, kearifan lokal yang cantik sekali, kuliner enak, dan cerita tentang persahabatan yang tak ada habisnya.
Namun, ternyata buku ini justru menjadi berharga bukan karena perjalanan panjang yang dilakukan oleh para sahabat sejati ini. Tapi karena Ia menyuguhkan berbagai perenungan hidup yang luar biasa menendang kesadaran, dan memporak-porandakan emosi. Pada lembar-lembar awal hingga overland dimulai, berbagai pertanyaan mencuat dari tangan milik Donny Dhirgantoro, dan mengetuk-ngetuk jiwa siapapun yang membacanya. Ya, pertanyaan-pertanyaan yang aku anggap membosankan itu.
Baca review lainnya: Lelaki Harimau | #bookreview30
Donny Dhirgantoro tidak hanya menyuguhkan cerita persahabatan, cinta, dan petualangan, tapi juga memberi wadah untuk merenung dan bersyukur lebih banyak, lewat bukunya kali ini. Salute!
Comments
Post a Comment