Kenapa Seks Tabu? | #bookreview38

 

Judul: Sebab Kita Semua Gila Seks

Penulis: Ester Pandiangan

Penerbit: EABooks

Tahun terbit: 2021

Ketebalan: 2016 halaman

ISBN: 978-623-94979-7-2

 

Kenapa kita justru lebih akrab dengan istilah oral sex, sepong, blowjob, masturbasi, atau threesome ketimbang herpes simplex atau smegma? Bisa jadi karena kita kelewat menikmati seks ketimbang memaknainya. Kita melakukan seks tapi menabukannya.

Perbincangan perihal seks selalu dibalut dengan teks-teks kitab suci atau norma adat yang terkadang membuat kita gagal mendapatkan pengetahuan seks secara maksimal. Kita jadi lebih mengenal seks sebagai peristiwa pemuasan nafsu belaka, bukan lagi peristiwa biologis nan sakral yang tanpanya umat manusia tak mungkin melanjutkan kehidupan.

Baca juga: Le Petit Prince | #bookreview37

Sebaiknya kita menormalkan perbincangan mengenai seks sebagaimana pembicaraan mengenai kopi, rokok, dan obrolan-obrolan ringan lainnya. Sebab seks bukan sekadar pertemuan kelamin, melainkan juga hubungan antarmanusia yang sakral; dua tubuh menyatu, bergesekan, berpeluh, demi meraih puncak kenikmatan yang setara dengan melihat Tuhan. Walaupun tidak bisa ditampik, ada saja orang yang menyamakan seks dengan pakaian--dapat diganti sesuka hati.

Sebab Kita Semua Gila Seks tidak hadir sebagai bacaan serius nan ilmiah yang memaksa pembaca mengerutkan kening. Isinya pengalaman sehari-hari dari peristiwa yang enggan kita bicarakan tetapi sejatinya pernah atau akan kita kerjakan. Tak ada yang ditutupi atau dimanipulasi. Sebab kita semua, tak peduli latar belakang atau penampilan, membutuhkan seks. Mungkin juga menggilainya.

Sejak melihat buku ini di rak milik salah satu toko buku independen di Yogyakarta beberapa bulan lalu, aku benar-benar penasaran. Apa isi buku itu? Bukan karena menganggap buku ini tabu, atau penasaran sevulgar apa isi di dalamnya, tapi lebih ke penasaran: Bakal seberani apa tulisan di dalamnya? 

Lalu beberapa bulan kemudian saat berbelanja di @alibobag aku menyertakan buku ini dalam daftar belanjaanku. Pada akhirnya, saat mulai membacanya buku merah ini, aku merasa benar-benar terilhami! Akhirnya aku menemukan banyak sekali jawaban dari berbagai teka-teki yang berseliweran di kepalaku seumur hidup!

Baca juga: Si Anak Cahaya | #bookreview36

Kenapa seks menjadi hal yang begitu tabu dibicarakan? Kenapa aku, kawan-kawanku, dan barangkali hampir sebagian besar manusia di muka bumi ini tidak pernah mendapatkan jawaban yang jelas tentang, “Kami keluar dari mana? Bagaimana kami dilahirkan ke dunia ini?” saat kami bertanya ke ibu bapak kami ketika kecil dulu? Kenapa pendidikan seks tidak pernah diprioritaskan? Kenapa aku, kawan-kawan perempuanku, dan mungkin saja banyak perempuan di luar sana harus berteriak histeris dan ketakutan dulu saat pertama kali melihat bercak merah di celana dalam kami?

Lalu, ada lagi. Kenapa kita kerap melanggengkan kekerasan seks di dalam rumah? Kenapa saat ada seorang perempuan dilecehkan oleh adik/kakak laki-lakinya, saudara laki-lakinya, pamannya, bahkan barangkali bapaknya sekalipun, selalu kehormatan alias citra alias nama baik keluarga yang lebih diutamakan? Pada akhirnya, hal-hal demikian terus terjadi, karena para laki-laki bejat ini merasa mereka pasti akan selalu dilindungi oleh keluarga mereka sendiri, atas nama “citra keluarga yang baik”. Taik.

Baca juga: Crazy Rich Asians | #bookreview35

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain. Kenapa ada beberapa perempuan di kelompok tertentu yang dianggap sebagai pembawa sial setiap kali mereka menstruasi? Padahal menstruasi adalah siklus biologis yang lumrah dan justru menandakan seorang perempuan masih sehat. Kenapa perempuan yang merokok atau minum minuman keras selalu dianggap perempuan gak bener yang bisa diajak ena-ena sesuka hati? Padahal merokok dan minum tidak ada kaitannya sama sekali dengan orientasi seksual.

Fiuh ... semuanya terjawab sudah. Thanks to Ester Pandiangan!

Terlepas dari beberapa bab yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanku sejak lama, dalam buku ini kita juga akan menemukan esai-esai tentang bahaya penyakit kelamin jika suka gonta-ganti pasangan seks seenaknya, tentang para pemburu seks gratis, juga beragam kisah lucu nan ajaib soal travelling sex yang aduhai.

Baca juga: Kudasai | #bookreview34

Buku ini benar-benar berani. Tidak hanya dalam hal tulisannya yang terbalut dalam setiap esai saja, tapi juga ilustrasi-ilustrasi yang ternyata juga merupakan hasil goresan tangan seni si penulis. Cocok jadi referensi buat Anda-Anda yang hingga kini masih menabukan seks!

Ayolah, seks tidak setabu itu, haha. Jika hingga kini Anda masih berpikir seseorang yang membicarakan seks adalah vulgar dan sange, mungkin Anda yang kurang jauh mainnya dan kurang banyak bacaannya. Peace!

Comments

Popular posts from this blog

FUNGSI RIBBON PADA MICROSOFT WORD

Mencari Kawan ke Pulau Pepaya (Pepaya Island, Part 1)

Percaya - Yang Kutahu Tentang Cinta | #bookreview6