Kisah Epik Ratu Negeri Saba’ & Nabi Sulaiman | Bilqis #bookreview22

Waheeda El-Humayra - Bilqis
Judul: Bilqis
Penulis: Waheeda El-Humayra
Penerbit: Mizania
Tahun terbit: 2008
Ketebalan: 323 halaman
ISBN: 978-602-1337-93-6

Saat Ratu Saba’, Bilqis, menerima pinangan Sulaiman, Ia sedang menghadapi guncangan di negerinya. Sekian lama Bilqis terombang-ambing dalam keraguan untuk memantapkan pilihan hidupnya. Sementara itu, banyak pula penguasa negeri lain yang bermaksud mempersunting, dan bahkan tak ragu untuk menjadikan Bilqis sebagai satu-satunya perempuan dalam hidup mereka.

Penantian dan ketidakpastian yang melelahkan itu berakhir tatkala Sulaiman menjemput Bilqis pada suatu pagi, di puncak kegamangan yang hampir menggerus harapan, untuk duduk di singgasana negeri Ursyalim.


Dalam ajaran Islam, ada dakwah yang menggunakan metode pengisahan (story telling), termasuk yang dituangkan dalam cerpen atau novel, yang disebut sebagai dakwah bil hikayah atau dakwah bil qashash.

Tidak kurang dari 18 kali kata qashash yang bermakna kisah atau cerita, diungkap dalam Alquran. Secara tidak langsung, hal ini bertujuan untuk mengingatkan kita agar mau menggali pelajaran dan hikmah dari kisah-kisah yang ada.


Buku ini adalah salah satu contoh nyata novel yang menghadirkan qashash itu. Di sini, kita akan menemukan kisah epik tentang Bilqis, Ratu Negeri Saba’eeya (Saba’), dengan Nabi Sulaiman yang kala itu masih menjadi Putra Mahkota di negeri Ursyalim.

Meski ini adalah buku fiksi, namun sebagian besar ceritanya berbasis pada kisah nyata dua manusia mulia ini. Di sini, kita akan menemukan cerita-cerita -yang berangkali belum pernah kita temukan sebelumnya.

Baca review lainnya, yuk: Pemburu Rembulan | #bookreview20

Seperti cerita tentang negeri Saba’ yang berarti subur dan sering diartikan sebagai ‘anugerah Tuhan’. Dikatakan, saat sebagian besar Jazirah Arab diselimuti padang pasir, negeri Saba’ justru dipenuhi kebun-kebun anggur, sawah, dan ladang yang menghijau, serta ratusan sungai kecil yang tak pernah kering sepanjang tahun. Negeri penyembah Almaqah, Dewa Matahari.

Tentang Ratu Negeri Saba’ yang masih sangat belia (tak lebih dari 22 tahun), yang kemudian diberi nama Bilqis oleh Nabi Sulaiman. Ya. Nama Bilqis adalah nama pemberian Nabi Sulaiman kepada Ratu Saba’ itu, ketika Ia bertandang ke kerajaan Sulaiman di Ursyalim. Bilqis, yang berarti permaisuri yang cantik. Tak ada yang tahu, siapa nama Ratu Bilqis yang sesungguhnya.

Baca review lainnya, yuk:  Animal Farm | #bookreview19

Tentang bagaimana seorang pembangkang di negeri Saba’, akan mendapat hukuman pancung yang amat mengerikan. Pernah suatu waktu ada seorang kasim yang dipergoki sedang menyembah Tuhannya -yang selain Dewa Matahari, berakhir di bawah tajamnya pisau pancung.

Lalu, tentang kemegahan negeri Ursyalim dengan kerajaan Raja Daud dan Putra Mahkota (Nabi) Sulaiman. Di mana pada kebun depan istana terdapat pohon-pohon yang berbuah dengan berbagai macam warna. Di bawah tiap-tiap pohon terdapat permadani yang luar biasa indah dengan bantal-bantal menawan. Ada pula sungai-sungai kecil yang mengalir jernih. Dari satu anak sungai ke anak sungai lainnya, mengalir rasa air yang berbeda. Sungai dengan air segar, sungai yang airnya bagaikan susu, dan sungai dengan air berasa stroberi. Juga kemegahan istana Sulaiman yang tak ada duanya. Istana yang berdiri di atas air! Di atas segalanya, jin-jin dan hewan-hewan pun patuh dan tunduk pada perintah Nabi Sulaiman. Sungguh mukjizat yang tak ada duanya di kala itu.

Baca review lainnya, yuk: Dengarlah Nyanyian Angin | #bookreview18

Tentang bagaimana Ratu Saba’ yang kemudian mengakui ke-Esa-an Tuhan Yang Maha Esa di hadapan Nabi Sulaiman, dan berserah diri untuk agama Ibrahim yang lurus. Kembali dari Ursyalim, Ia mensyiarkan agama yang lurus itu ke seluruh masyarakat negerinya; menghancurkan kuil-kuil penyembahan matahari dan menggantinya dengan Bait Allah; serta menyuruh ribuan prajuritnya untuk mengumumkan kepercayaan baru itu hingga ke pelosok negeri.

Tentang Absyalum, saudara tertua Nabi Sulaiman yang dibutakan nafsunya, dan menjadi mimpi buruk bagi semua orang, termasuk Nabi Daud sendiri. Ia menyebabkan Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis, dan pengikut-pengikutnya terusir dari kerajaan mereka. Sebuah fase keruntuhan yang amat menyakitkan, namun berujung manis dengan bantuan Allah.

Baca review lainnya, yuk: Curcol Si Rantau Kacau | #bookreview17

Dan tentu, tentang kisah-kisah romansa Ratu Bilqis pemimpin negeri Saba’, dan Nabi Sulaiman anak Daud sang Raja Ursyalim. Kisah romansa yang begitu syahdu. Keduanya begitu bijak dan memiliki kewibawaan yang tak ada duanya.

Indahnya, kisah ini juga dibalut dengan kisah si penata rias Ratu Saba’ -Lahel namanya, dengan suaminya yang begitu bijak dan romantis. Sebuah kisah yang akan membuat setiap pembaca berharap memiliki cerita romansa yang sama. Kesetiaan, kasih sayang, dan syahdunya romansa atas keduanya, melengkapi keseluruhan cerita dalam novel ini.

Baca review lainnya, yuk: Rich Dad, Poor Dad | #bookreview16

Namun, terlepas dari itu semua, seperti apa yang dituliskan Mohammaf Fauzil Adhim dalam catatan akhirnya tentang buku ini, Waheeda El-Humayra, si penulis sebenarnya memasuki kawasan yang pada sebagian besar percakapannya harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, melalui bukti-bukti materiel sejarah.

Sayangnya Waheeda tidak menyajikan bukti-bukti sejarah itu, baik berupa catatan kaki yang merujuk pada pustaka primer, atau data lainnya. Padahal, tutur kata seorang nabi, dalam hal ini Nabi Sulaiman atau King Solomon, haruslah berpijak pada data yang kuat, mengingat kesucian ucapan nabi yang sangat rawan dipersepsi secara salah.


Menurutnya, menisbahkan perkataan kepada seorang nabi apa yang ada dalam benak kita, sangat berisiko. Dan saya setuju dengan hal ini. Pertama, kita menisbahkan apa-apa yang tidak diucapkan, bahkan dipikirkan pun barangkali tidak. Kedua, kalimat yang kita nisbahkan pada sosok suci tersebut sangat rawan untuk diambil sebagai titah nabi, sebagai postulat kebenaran yang langsung datang dari Allah swt. Padahal sebenarnya tidak demikian.

Oleh karena itu, sangat ditegaskan bahwa buku ini adalah fiksi, meski sebagian besar ceritanya disadur dari kisah nyata.

Yang paling penting, dengan buku ini, Waheeda berhasil mengikat pembacanya melalui penuturan yang baik, runtut, dan mengikat emosi. Ini tulisan yang menginspirasi dan syahdu. 

Comments

Popular posts from this blog

FUNGSI RIBBON PADA MICROSOFT WORD

Mencari Kawan ke Pulau Pepaya (Pepaya Island, Part 1)

Percaya - Yang Kutahu Tentang Cinta | #bookreview6